Rabu, 03 Desember 2008

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Oleh : A R Hartono

Pendidikan merupakan landasan utama pembangunan dari suatu bangsa, demikian pula Indonesia. Dalam UUD 1945 juga mengamanatkan agar setiap warga negara mendapatkan pendidikan yang layak untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup.

Penduduk Indonesia sudah lebih dari 220 juta orang yang menghuni peda area 5,2 juta kilometer yang tersebar pada enam ribu pulau dari tujuh belas ribu pulau yang ada di Indonesia dengan 33 propinsi dan 465 kabupaten/kota serta 62.800 Kelurahan/desa yang jumlahnya masih memungkinkan terus berkembang. Dengan kondisi tersebut tentu bukan permasalahan yang mudah mengurusi masalah pendidikan.

Kompleksitas permasalahan pendidikan di Indonesia karena komunitas yang begitu besar yang harus diurusi. Sebagai gambaran, jumlah sekolah yang ada mendekati angka 300 ribu dengan jumlah siswa dari berbagai jenjang sudah melebihi angka 45 juta. Angka partisipasi tingkat SD di kota 97,1 persen dan desa 96,1 persen, tingkat SMP (89,6 persen dan 79,3 persen) dan tingkat SMA (66,8 persen dan 43 persen). Jumlah guru mencapai 2,5 juta orang yang dilihat dari pemerataanya belum seimbang. Guru yang berkualifikasi S1 atau D4 kurang lebih 26 persen.

Dengan kenyataan seperti di atas, diperlukan suatu terobosan untuk dapat mengatasi permasalahan yang ada, dan bukan menghiperboliskan masalah yang taruhannya adalah masa depan bangsa. Jika bangsa kita ingin bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya tentunya harus ada upaya-upaya inovasi, salah satunya adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Dalam pertemuan ke-42 Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan Asia Tenggara (SEAMEO) pada blan Maret tahun 2006 di Nusa Dua, Bali, Presiden SBY mengakui rendahnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan. Sementara negara-negara lainnya seperti Korea, Jepang, Singapura, Thailand dan Malaysia sangat peduli terhadap pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada bidang pendidikan yang pada akhirnya mereka memiliki daya saing yang kuat

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah terjemahan dari Information and Communication Technology (ICT) mempunyai pengertian luas yang meliputi segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat lainnya serta untuk pengolahan informasi. Di bidang pendidikan TIK bisa dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran efektif yang menghubungkan guru dengan murid sekaligus menjadi sarana untuk mengangkat potensi serta kreativitas siswa.

Dengan TIK dapat juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk menanamkan konsep dalam pembelajaran, menurut Bruner dalam Arsyad (2002:7) bahwa ada tiga tingkat utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktoral/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman baru. Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Kerucut Pengalaman Dale.

Sumber-sumber belajar disebut pula sebagai media pembelajaran. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga suatu proses terjadi. (Sadiman, er al, (1996:7).

Levie dan Levie dalam Arsyad (2002:8) yang mereview hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Dari hasil penelitian Teja (2000:130) hasil belajar dalam kelas yang menggunakan komputer multimedia lebih baik daripada siswa dalam kelas yang menggunakan modul.

Banyak dari apa yang disebut ruang kelas komputer (laboratorium komputer) sekarang ini hanya sebatas menyediakan sebuah ruang yang dilengkapi dengan komputer-komputer. Yang sebetulnya pendekatan tersebut keliru (Wen, 2003:23). Keberadaan komputer seharusnya dapat difungsikan secara optimal sebagai sarana multimedia interaktif dalam pembelajaran. Penggunaan TIK dalam pembelajaran dipandang perlu, dengan bantuan media ini diharapkan siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep mata pelajaran yang berhubungan dengan proses. Jika konsep dalam proses pembelajaran tersebut disampaikan melalui media berupa animasi, kemungkinan siswa akan lebih mudah memahami jika dibanding disampaikan dengan ceramah, disamping itu mungkin siswa akan menjadi tidak bosan dengan pemaparan konsep mata pelajaran pada proses pembelajaran bahkan akan menjadi lebih aktif.

Pembelajaran yang menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang disesuaikan dengan situasi kelas, antara lain dengan memanfaatkan komputer multimedia agar siswa dapat berinteraksi/mengoperasikan komputer sebagai media pembelajaran (Depdiknas, 2005). Untuk merealisasikan ide perlu dicari dan dikumpulkan gambar-gambar dan disimpan dalam suatu folder ,kemudian dipresentasikan secara artistik dengan menggunakan program aplikasi. Gambar-gambar bisa dibuat atau dengan memanipulasi gambar yang sudah ada dengan menggunakan sofware tertentu sehingga tampak artistik dan unik. Gambar-gambar tersebut direkam dengan handycam atau digital camera dan diproses dengan software digital images untuk persiapan presentasi.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran tentu harus dibarengi dengan sumber daya manusia yang cakap. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran tentu saja akan berpengaruh terhadap pola pembelajaran yang dilakukan. Paradigma dalam proses belajar-mengajar diharapkan mengalami perubahan. Perubahan tersebut adalah peran guru sebagai sumber utama pemilik ilmu pengetahuan, menjadikan peran siswa secara aktif mengadakan eksplorasi, kreasi, dan inovasi dalam proses pencarian ilmu pengetahuan

Namun dalam perubahan tersebut, bukan berarti tugas guru menjadi berkurang, justru dengan itu, guru akan dituntut untuk mampu mengenali potensi masing-masing siswa, mendampingi masing-masing siswa, dan mengembangkan potensinya secara optimal. Dengan sistem pembelajaran tersebut, bukan untuk menghasilkan siswa yang individualistik akan tetapi dimaksudkan agar potensi yang dimiliki masing-masing individu siswa bisa terekplorasi dengan maksimal.

Pada umumnya guru mengajar dengan jumlah kelas paralel yang cukup banyak, dengan cara konvensional jelas akan ada kelas-kelas tertentu yang kulitas pelayanannya berkurang akibat jadwal belajarnya pada jam pelajaran terakhir. Dengan memanfaatkan TIK (misal powerpoint) yang memuat informasi gambar, foto, film, video tentang materi pelajaran tersebut sangat membantu guru dalam memberikan pejelasan.

Internet yang merupakan bagian dari TIK adalah perpustakaan yang sangat lengkap, yang menyediakan informasi yang bervariasi dan dapat diakses dengan lengkap. Banyak pilihan yang disediakan baik berupa teks, buku elektronik, gambar, animasi, permodelan, program interaktif. Selain itu internet dapat digunakan juga sebagai sarana komunikasi, teleconference, dan videoconference.

Penggunaan TIK/ICT bagi siswa mempunyai keuntungan-keuntungan antara lain interaksi siswa dan guru melalui e-mail, interaksi siswa melalui milis, interaksi siswa dengan siswa dan guru bersama-sama, interaksi siswa denagn pelajaran, dan mendapatkan sumber belajar alternatif yang tersedia secara luas (Depdiknas:2005). Guru hendaknya memfasilitasi siswa dengan alamat-alamat yang berisi mata pelajaran yang sesuai dengan alamat-alamat situs yang berisi mata pelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar (KD)/materi yang setiap saat dapat diakses oleh siswa.

Adapun keuntungan penggunaan TIK/ICT bagi guru meliputi efisien dan efektif, memperkecil kesalahan persepsi, mengatasi kekurangan alat, mengembangkan kompetensi TIK yang dimiliki untuk mendukung proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan ketercapaian kompetensi siswa, mengembangkan kemampuan TIK dengan belajar mandiri, berkomunikasi dengan sesama guru secara regional, nasional, maupun internasional, memperoleh materi ajar secara cepat dan murah dalam upaya mengembangkan bahan ajar (Depdiknas:2005).

Pembelajaran dengan berbasis TIK/ICT disamping terdapat keuntungan juga terdapat kelemahan-kelemahan antara lain : (a) Penggunaan TIK/ICT memerlukan infrastruktur yang memadai, Internet dapat dioperasikan jika terdapat jaringan listrik dan jaringan telepon, sehingga untuk tempat-tempat yang belum memiliki jaringan listrik dan telepon tidak dapat menggunakan internet. (b) Penggunaan internet relatif mahal, untuk dapat menggunakan internet harus mempunyai komponen yang dilengkapi dengan modem, tenaga listrik, fasilitas telepon dan terhubung dengan Internet Service Provider (ISP).

Permasalahan TIK tersebut memerlukan kepedulian cukup tinggi, sehingga bila tidak ada gurunya akan sangat berat. Karena itu, perlu program agar para guru melek terhadap TIK, meski demikian bukan berarti mereka dituntut utnuk jadi pakar akan tetapi setidak-tidaknya sekadar familiar.

Untuk mewujudkan pemanfaatan TIK sebagai sarana pembelajaran dalam pendidikan, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah jauh-jauh hari memikirkanya. Salah satu yang dikembangkan adalah program Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas). Yaitu, sebuah jaringan TIK yang menghubungkan sekitar tiga ribu SMP, SMA dan SMK di Indonesia. Program tersebut telah diluncurkan oleh Presiden dalam pertemuan SEAMEO.

Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo sendiri telah menjelaskan bahwa, Jardiknas sudah mencapai 33 propinsi dan 441 kabupaten/kota, menurut beliau pada tahun 2009, 50 ribu sekolah sudah terhubung dengan jardiknas. Dan dengan Jardiknas dapat dijadikan sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini seorang guru (dalam mengajar) bisa dipantau di lebih dari tiga ribu sekolah. Jadi, akan diketahui siapa yang paling bagus dalam menyampaikan materi.

Dari pemaparan tersebut di atas, guru sebagai pelaku dalam proses pendidikan seharusnya memiliki kepedulian dalam bidang pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi guna tercapainya tujuan pendidikan.

Penulis adalah guru SMK N 1 Adiwerna

dan ketua MGMD KKPI SMK Kab.Tegal

Tidak ada komentar: